96 Tahun Sumpah Pemuda: Hidup Orang Muda Makin Sulit Akibat Maraknya Korupsi dan Dinasti Politik
Sumpah pemuda semakin jauh dari semangat awalnya. Ironisnya, korupsi semakin marak dan berdampak pada kesejahteraan pemuda.
Peringatan hari Sumpah Pemuda yang ditandai setiap tahunnya pada tanggal 28 Oktober, menjadi momentum yang tepat untuk merefleksikan kembali perjuangan bangsa Indonesia yang dipelopori para pemuda guna membebaskan diri dari penjajahan. Betapa tidak, 96 tahun pasca peristiwa bersejarah tersebut, kini orang muda di Indonesia masih dihadapkan pada masalah yang sama beratnya, yakni korupsi yang kian menggurita.
Maraknya korupsi bisa dilihat berdasarkan temuan ICW yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus yang terjadi setiap tahunnya. Selain itu, ICW juga mencatat sepanjang tahun 2014 hingga 2023, kerugian negara akibat korupsi mencapai Rp 292 triliun. Kondisi ini tentu berdampak langsung bagi kehidupan masyarakat Indonesia, tidak terkecuali generasi muda. Berbagai masalah yang dihadapi saat ini, seperti misalnya, sulitnya mendapatkan pekerjaan, jeratan cicilan akibat tingginya biaya hidup dan bahan pokok, hingga terganggunya ruang hidup akibat pembangunan yang tidak berorientasi pada kelestarian lingkungan hidup, merupakan beberapa contoh dampak dari korupsi.
Ironisnya, ruang gerak generasi muda untuk menyuarakan berbagai permasalahan yang dihadirkan oleh pemerintah melalui kebijakan yang hanya mengakomodir kepentingan elit dan pejabat, justru kerap mengalami pembungkaman dengan cara-cara yang represif oleh alat negara, seperti kepolisian. Alhasil, kini generasi muda harus dihadapkan pada fakta bahwa hampir tiada ruang yang sungguh-sungguh mewadahi sprit dan kepentingan orang muda. Hal ini semakin menunjukan bahwa penindasan yang dialami hanya mengalami pergeseran pola, tapi tidak pernah benar-benar sirna. Dahulu perjuangan dilakukan dengan melawan negara penjajah, kini perlawanan harus dilakukan terhadap penindasan yang dilakukan oleh pemerintah, serta politisi korup yang terkait erat dengan pemilik kapital, oligarki, serta elite 1%.
Kepentingan dan isu orang muda memang kerap kali digaungkan untuk mengglorifikasi politisi yang berhasil masuk ke dalam pemerintahan, seperti misalnya, Gibran Rakabuming Raka, Wakil Presiden Indonesia saat ini. Padahal, keterpilihan tersebut juga sarat akan dukungan sumber daya dari ayahnya yang telah terlebih dahulu menjadi pejabat publik. Dukungan sumber daya tersebut tidak hanya berupa kapital sebagai modal, tapi juga dukungan untuk mengubah aturan maupun penyalahgunaan fasilitas negara yang berada dalam penguasaan keluarganya yang tengah menjadi petahana. Sedangkan orang muda yang setiap hari memperjuangkan hidupnya dengan segala batasan yang diciptakan penguasa, hanya dipandang sebagai angka yang dapat menyumbang suara saat berlangsungnya pemilu yang katanya adalah pesta rakyat.
Maka dari itu, kondisi yang menunjukkan semakin terhimpitnya posisi orang muda dalam penyelenggaraan kehidupan hari ini memantik ICW untuk mengadakan aksi damai dalam memperingati Sumpah Pemuda ke-96, yang dilangsungkan pada hari ini, Senin, 28 Oktober 2024 di kawasan stasiun Mass Rapid Transit (MRT), Senayan. Aksi ini dilakukan dengan membagikan kopi gratis untuk orang-orang yang melintas di kawasan tersebut, dan menyatakan memiliki keresahan yang sama, bahwa korupsi dan dinasti politik semakin meresahkan dan mempersempit ruang bagi generasi muda.
Indonesia Corruption Watch
28 Oktober 2024