Telematika Pastikan Gayus ke Bali
Sampai hari ini masih banyak hal yang menimbulkan banyak pertanyaan tentang ”foto mirip Gayus di lapangan tenis indoor Westin Hotel, Nusa Dua, Bali, pada kejuaraan Commonwealth Bank” (berhubung terlalu panjang, untuk selanjutnya pada artikel ini agar mudah dicerna saya namakan saja FotoGayus).
Namun, untuk fokus ke FotoGayus itu saja perlu suatu penguatan bukti agar tidak dimentahkan ”oleh yang berkepentingan untuk menyembunyikan fakta tersebut”.
Seperti telah diberitakan Kompas, 13 November 2010, di halaman 1, saya meyakini bahwa FotoGayus (yang menghadap ke kamera) sangat mirip Gayus. Secara kasatmata tanpa metode apa pun mungkin yang pernah melihat foto Gayus di banyak media atau di internet akan berpendapat sama. Namun, sebagai praktisi telematika, kami perlu melakukan pengungkapan dengan metode yang laik karena suatu saat bisa saja diminta kepolisian untuk kembali jadi saksi ahli, maka kami perlu menyampaikan analisis berdasarkan data, bukan kata.
Di dunia telematika tidak dikenal istilah ”katanya”, tetapi harus berdasarkan ”datanya”. Adapun analisis saya tersebut berdasarkan teknik morphing (dari kata morphe dalam bahasa Yunani yang artinya bentuk), yaitu dengan mencocokkan foto Gayus yang saya ambil dari internet dengan FotoGayus, lalu dilakukan pemetaan obyek wajah, seperti mata, hidung, mulut, pipi, pelipis, dahi, dan lain-lain. Yang tidak boleh dilakukan adalah merekayasa bagian dari gambar, misal dengan stretching (peregangan) atau shrunk (penciutan) karena itu berarti kita telah terpengaruh dan ada kecenderungan mencocokkan hasil ke arah ”katanya”.
Hal yang boleh dan harus dilakukan adalah scaling, yaitu pembesaran/pengecilan gambar secara proporsional untuk menyamakan titik dasar gambar (misal cukup dengan menyesuaikan jarak mata). Setelah itu dengan teknik morphing ini akan terjadi tahapan transisi perlahan dari foto Gayus ke FotoGayus. Hasilnya: tidak terlihat perubahan pada posisi dan bentuk mata, hidung, dan mulut, terkecuali pipinya yang sedikit menjadi lebih gemuk, dan itu menyatakan kedua orang pada gambar tersebut identik (karena pada orang yang telah berumur untuk rentang waktu yang tidak begitu jauh tidak ada perubahan tulang terkecuali mengalami kecelakaan dan lain-lain).
Namun, dengan berdasarkan gambar itu saja, saya (dan siapa pun) secara telematika dapat meyakini kebenaran lokasi pengambilan FotoGayus itu karena belum kelihatan fakta lokasi yang spesifik (tak ada gambar pembanding, lapangan, banner, dan lain-lain) jadi bisa saja foto itu terjadi di tempat lain sehingga perlu mencari wajah-wajah yang ada di sekitar orang yang ”mirip” Gayus untuk memastikan apakah betul foto tersebut di lapangan tenis atau tidak.
Bahkan, pada FotoGayus yang aksinya sedang mengambil gambar menggunakan ponsel, terhadap beberapa media saya sempat meragukan keaslian gambar tersebut karena pada file yang saya terima terlihat garis potongan pada bawah kuping dan dekat V-neck T-shirt kaus yang dikenakan. Namun, itu bisa saja terjadi sebagai efek saat pengurangan resolusi dari gambar aslinya menggunakan peranti low-grade sehingga mengurangi kualitas yang dilakukan sebelum gambar tersebut sampai ke saya.
Kebetulan untuk melakukan image reviewing saya memang menggunakan layar model dan merek tertentu yang sensitif atas warna. Pembuktian sahnya adalah memeriksa metadata file gambar tersebut (bahkan kalau perlu langsung melihat memory card yang berisi data tersebut, di mana untuk itu perlu memegang gambar aslinya, sebelum mengalami editing/resizing).
Keabsahan lokasi foto
Investigasi telematika selalu teratasi dengan dua cara, yaitu Good Way dan God Way (maaf ini istilah saya sendiri). Good Way adalah dengan mengerahkan kemampuan dan skill yang dimiliki, sedangkan God Way (Yang Mahakuasa) yang acap kali membukakan kita menemukan clue dan pembuktian.
Alhamdulillah upaya pencarian menemui titik terang karena ketemu gambar pembanding di internet (ini sangat perlu untuk counter check dan klarifikasi pernyataan wartawan yang membuat FotoGayus tersebut).
Pada gambar terlampir jelas sekali terlihat di acara tersebut (ditandai kotak biru) kursi dan pagar yang bentuknya sama persis dengan kursi dan pagar pada FotoGayus. Dengan demikian, keabsahan lokasi foto tidak lagi dapat dimungkiri.
Kita tahu Milana (istri Gayus) telah ditanyai polisi. Untuk bukti lain berdasarkan fakta telematika ini, hal termudah adalah mencari wanita berkerudung kuning untuk dimintai keterangan karena dari posisi tubuhnya terlihat wanita tersebut tak sungkan duduk menempel pada orang yang bukan muhrim dan tidak dikenalnya, sementara kursi di sebelahnya kosong. Jadi, bisa dipastikan orang ini kenal dengan pria mirip Gayus itu.
Demikian ulasan temuan sampai saat ini. Tentu investigasi telematika lanjutan dapat dilakukan, seperti menganalisis CCTV dan membandingkan data. Saya sangat yakin, semakin banyak telematika digunakan, semakin banyak yang terungkap. Semoga ulasan ini bisa membantu menguak fakta.
Abimanyu Wachjoewidajat Dosen Mata Kuliah Technopreneurship di UIN Syarif Hidayatullah
Tulisan ini disalin dari Kompas, 15 November 2010