Tim Kampanye Wiranto Siap Diaudit [30/06/04]
Bendahara tim kampanye Wiranto-Salahuddin Wahid, Beni Prananto, menyatakan siap jika sumber dana kampanye pasangan itu diaudit. Ia membantah telah mencantumkan nama penyumbang fiktif dalam laporan yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum.
Beni memberi klarifikasi atas berita Koran Tempo tentang adanya bantahan dari orang yang namanya tercantum dalam daftar penyumbang pasangan Wiranto-Wahid. Saya membantah berita itu, katanya kemarin di markas tim sukses Wiranto, Menara Imperium, Jakarta.
Dari penelusuran secara acak terhadap para penyumbang dana kampanye Wiranto-Salahuddin, muncul dugaan adanya penyumbang fiktif. Anton Sugiarto, misalnya, yang ditulis beralamat di Pondok Indah dan menyumbang Rp 100 juta, ternyata membantahnya. Sejumlah nama juga tidak bisa dilacak karena tidak jelas alamatnya (Koran Tempo, 29/6).
Menurut Beni, hasil penelusuran Koran Tempo tidak sepenuhnya benar. Para pengusaha, kata dia, memang biasanya menolak menjawab ketika ditanya apakah memberi sumbangan kepada kandidat presiden tertentu. Para pengusaha takut jika diketahui petugas pajak dan polisi bahwa mereka telah memberi sumbangan, ia menjelaskan.
Beni membenarkan adanya kemungkinan kesalahan yang terjadi dalam pengetikan nama penyumbang pada lembar laporan. Dengan demikian, ia menambahkan, identitas para penyumbang tidak bisa dilacak. Ia lalu mempertanyakan alasan Koran Tempo melacak sumber dana Wiranto dan tidak terhadap calon presiden lain.
Salahuddin Wahid, yang dimintai konfirmasi secara terpisah, mengaku tidak tahu-menahu adanya penyumbang fiktif dalam laporan dana kampanyenya. Alasannya, ia dan Wiranto tidak mengurusi pendanaan kampanye. Soal dana kampanye adalah tugas tim sukses, kata dia di Palembang.
Dari penelusuran lanjutan yang dilakukan Tempo News Room, semakin kuat dugaan bahwa nama penyumbang yang dilaporkan tim itu ke KPU adalah fiktif. PT Majestik Samudra, yang dilaporkan menyumbang Rp 10 juta, misalnya, ditulis beralamat di Jalan H.R. Rasuna Said, Kaveling 10, Kuningan, Jakarta Selatan. Ternyata perusahaan itu tidak ditemukan di alamat tersebut.
Ada dua gedung di alamat itu, yakni Gedung Bina Mulia 1 dan 2. Dari keterangan pihak penjaga keamanan gedung, tak ada perusahaan bernama PT Majestik Samudra. Di bagian lain kaveling yang sama, hanya terdapat kantor Kedutaan Besar Aljazair.
Seperti ditulis kemarin, sejauh ini memang baru tim Wiranto-Salahuddin yang telah melaporkan perincian sumber dananya ke KPU. Pasangan yang lain hingga kemarin belum menyerahkannya sehingga belum bisa dilacak kebenarannya.
Kepada Tempo News Room, sekretaris tim Megawati-Hasyim Muzadi, Heri Akhmadi, menyatakan, timnya telah mengeluarkan dana sekitar Rp 100 miliar. Seluruh dana, kata dia, terkumpul dari bantuan perorangan, perusahaan, dan keuangan PDI Perjuangan. Kira-kira Rp 2,6 miliar dari pengurus PDI Perjuangan, sisanya dari perseorangan serta perusahaan, kata dia.
Heri menyatakan, laporan sumber dan penggunaan dana tim kampanye Mega-Hasyim akan dilaporkan ke KPU dan menjadi dokumen terbuka. Penyusunan laporan akan dimulai hari ini dan besok. Dengan demikian, ia menjelaskan, selama proses pelaporan tak diperbolehkan lagi ada transaksi. deddy sinaga/arif ardiansyah/sunariah
Sumber: Koran Tempo, 30 Juni 2004