Penghubung Ari Muladi dan Yulianto Meninggal
UPAYA menelusuri jejak Yulianto, tampaknya, menemui jalan buntu. Sebab, H Labib Sjaifuddin (bukan H Latief seperti diberitakan kemarin) yang disebut dalam pengakuan Ari Muladi ternyata meninggal dunia empat bulan lalu.
Seperti diberitakan, Ari mengaku bertemu seorang pengusaha asal Surabaya bernama Labib. Dia yang mengenalkan Yulianto. Setelah itu, Yulianto yang menyerahkan uang dari Anggodo kepada pimpinan KPK.
Saat perseteruan KPK dan kepolisian mencuat, aparat diam-diam mendatangi rumah Labib di Mulyosari Utara VII Surabaya. Petugas juga menelusuri apakah Ari benar-benar menyerahkan dana kepada pimpinan KPK dengan bantuan Labib. ''Memang ada petugas kepolisian yang sempat ke sini,'' kata Haris, putra Labib. Petugas itu menanyakan apakah sang ayah kenal dengan Ari maupun Yulianto.
Namun, karena ayahnya telah meninggal dunia, keluarganya di Surabaya hanya bisa menggeleng.
Setelah pertemuan itu, keluarga Labib juga langsung membuat surat pernyataan. Isinya, mereka tidak tahu tentang nama-nama yang ramai diperbincangkan dalam dugaan suap Anggodo Widjojo ke pimpinan KPK. Surat itu dibubuhi tanda tangan istri Labib, Mulyaningsih. Setelah itu, petugas belum pernah ke rumahnya lagi. Surat pernyataan itu dibuat berdasar permintaan penyidik terhadap keluarga Labib.
Haris mengaku tidak tahu asal kedinasan polisi yang mendatanginya, apakah dari Mabes Polri atau Polda Jatim. Yang pasti, petugas yang datang ke rumah berpagar cokelat itu berpakaian preman. ''Nggak tahu, mereka tidak pakai pakaian dinas. Mereka datang ke sini akhir bulan lalu (Oktober),'' ucapnya.
Haris juga mengatakan tidak tahu satu per satu kawan sang ayah. Karena itu, Haris menyebut tidak tahu apakah Labib kenal dengan Ari atau Yulianto.
Sebelumnya, Labib disebut-sebut sebagai pengusaha kayu yang juga dikenal sebagai makelar kasus (markus). Namun, keluarganya membantah semua dugaan itu. Haris mengatakan, ayahnya bukan broker atau markus. Dia menyebut bahwa ayahnya sebagai kontraktor. Labib kerap menjadi rekanan untuk menggarap proyek di PDAM.
Haris menambahkan, Labib juga jarang memiliki relasi bisnis di Jakarta. Selama ini dia menggarap sejumlah proyek di Surabaya. Dalam beberapa tahun terakhir, Labib kerap sakit-sakitan. Dia akhirnya meninggal dunia dalam usia 59 tahun pada 9 Juli lalu. ''Bapak meninggal karena penyakit lambung kronis,'' ucapnya. (fid/agm)
Sumber: Jawa Pos, 9 November 2009