Penghargaan Jangan Berbentuk Amplop
Penghargaan atas liputan wartawan dalam lingkungan kepolisian hendaknya tidak diwujudkan dengan pemberian amplop berisi uang. Penghargaan bisa diberikan dalam bentuk lain yang mendidik dan bermartabat.
”Tidak perlu menyediakan amplop, apalagi bagi media-media besar. Saya justru sering diberi amplop oleh stasiun-stasiun televisi kalau datang menjadi pembicara,” kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Iskandar Hasan dalam seminar ”Mewujudkan Komunikasi Efektif dengan Media Massa” di Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (Sespimma) Polri, Jakarta, Kamis (11/11).
Pembicara lain yang hadir adalah dosen komunikasi Universitas Indonesia, Effendi Gazali, pengamat kepolisian Neta S Pane, sosiolog Sarlito Wirawan, dan praktisi televisi Karni Ilyas.
Iskandar setuju bahwa cara mengapresiasi wartawan bisa diberikan dalam bentuk pelatihan dan pengenalan satuan kerja polisi atau membuat seminar. Dia mengakui, lembaga seperti sekolah bahasa asing milik Polri mungkin dapat digunakan untuk menambah kemampuan profesionalisme wartawan.
”Ke depan saya rencanakan agar wartawan dapat mengikuti pelatihan. Kami juga mengajak wartawan untuk diskusi,” kata Iskandar.
Menanggapi pertanyaan sejumlah perwira polisi tentang adanya perilaku wartawan yang kerap menuntut imbalan, Iskandar menjawab, ”Saya di Mabes Polri tidak membiasakan memberikan uang kepada wartawan.”
Iskandar menambahkan, polisi harus terbuka dan tidak usah takut kepada media selama sudah melakukan segala sesuatu dengan benar. Semakin ada upaya menutupi informasi, pekerja media sejati justru akan terus mengejar informasi itu. Pemberitaan media saat ini justru mengawal upaya reformasi Polri tetap di jalurnya.
Effendi Gazali mengingatkan, Polri jangan sampai terjebak dalam politik pencitraan yang ramai terjadi di kalangan elite politik. Polisi harus fokus pada tugas pokoknya tanpa perlu berusaha mencari simpati media secara berlebihan. (ONG)
Sumber: Kompas, 12 Nopember 2010