Muhammad Misbakhun Menikmati Penahanannya

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Muhammad Misbakhun sudah tiga hari menjadi tahanan penyidik Bareskrim Mabes Polri. Komisaris PT Selalang Prima Internasional itu disangka memalsukan dokumen untuk pengajuan L/C ke Bank Century senilai USD 22,5 juta. Salah seorang inisiator hak angket Century itu terancam hukuman delapan tahun penjara.

Sejak ditahan, sudah 33 koleganya di DPR yang menandatangani surat permintaan penangguhan penahanan. Namun, tampaknya, Mabes Polri tetap kukuh dengan dalih penahanan itu akan mempermudah pemeriksaan. Kasus yang perkaranya terjadi pada 2007 itu awalnya diungkap Andi Arief, staf khusus Presiden SBY.

Ditemui Jawa Pos di rumah tahanan Bareskrim kemarin, Misbakhun tampak segar. Bersandal jepit biru dan berkaus kuning, dia justru mengaku ''menikmati'' masa-masa penahanannya di Rutan Bareskrim. Berikut petikan wawancara dengan dia:

Apa kabar?

Alhamdulillah, saya baik-baik saja. Anda lihat sendiri, saya segar kan. Jadi, salah anggapan orang kalau tahanan itu membuat lemah, murung, atau putus asa. Bagi saya, tahanan justru membuat saya lebih dekat dengan teman-teman yang punya permasalahan riil di masyarakat.

Bagaimana reaksi keluarga?

Mereka paham kondisi ini. Saya bilang kepada istri saya agar tidak merasa terhina atau malu karena saya benar. Anak saya juga tetap mengikuti ujian dengan baik di sekolahnya, bahkan dapat nomor tiga besar terbaik. Alhamdulillah.

Ada perlakuan khusus dari polisi?

Ah, tidak ada. Status kami di sini sama, sebagai tahanan. Memang ada tiga lantai di sini. Lantai atas, tengah, dan bawah. Saya lebih suka mengobrol dengan teman-teman yang di bawah. Kasus mereka itu unik-unik. Terutama yang (tahanannya) dekat toilet. Saya juga kenal beberapa orang di musala saat salat berjamaah.

Sudah kenal siapa saja?

Saya akrab dengan Pak Wiliardi (Wiliardi Wizar, mantan Kapolres Jakarta Selatan, terpidana kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, divonis 12 tahun masih banding, Red). Tadi malam, saya makan ikan peda dengan Pak Wili. Alhamdulillah, itu ikan terenak yang pernah saya makan selama ini. Hahaha...

Berapa orang di tahanan itu?

Setahu saya ada 107 orang. Kasusnya macam-macam. Judi, rampok, ada yang tangannya ditembak. Wah, macam-macam. Saya ini nomor 94. Saya juga sudah kenal dengan para pelaku skimmer ATM bank. Saya juga kenal dengan pemalsu uang dolar. Itu malah jadi kesempatan buat saya. Bahkan, nanti saya buat catatan dalam notes tentang orang per orang kenalan baru saya. Ini nikmat Alah.

Maksudnya nikmat?

Bagi saya, penjara atau tahanan itu bukan penghinaan. Toh, nanti hukum di pengadilan yang membuktikan kebenarannya. Penjara justru jadi ladang dakwah buat saya. Objek dakwah saya makin variatif.

Di sini, saya berusaha memperbaiki diri sendiri dan teman-teman. Salat juga terasa lebih khusyuk. Tilawah Alquran juga makin lama. Daripada orang yang seakan-akan mulia, tapi rakyat sudah tidak percaya, bahkan takut diperiksa KPK.

Wah, Anda menyindir seseorang?

Sekarang Anda tahu, saya datang ke Bareskrim memenuhi panggilan penyidik. Setelah itu, langsung ditahan. Saya menolak menandatangani surat penangkapan karena saya tidak merasa ditangkap. Saya datang sendiri. Tapi, saya dengar ada pejabat negara yang minta diperiksa KPK di kantornya. Kalau tidak bersalah, mengapa takut datang?

Maksud Anda Boediono dan Sri Mulyani?

Ya, betul. Mengapa harus diperiksa di kantor dengan alasan simbol negara? Saya ingin tahu undang-undang yang mana yang menyebutkan wakil presiden itu simbol negara. Setahu saya, yang simbol negara itu presiden, bukan Wapres. Kalau begitu, mengapa pertanyaannya tidak diberikan dalam flash disk saja, nanti tinggal dijawab.

Anda terkesan skeptis terhadap penguasa?

Bukan skeptis, tapi memang penahanan saya ini kental bermuatan politis. Saya kemarin bilang dengan presiden PKS yang menjenguk saya bahwa posisi saya ini dizalimi kekuasaan. Buktinya, kasus saya ini dilaporkan oleh staf khusus presiden dan diproses sangat cepat.

Siap menghadapi proses hukum selanjutnya?

Sangat siap 1.000 persen. Dokumen-dokumen pendukung yang membuktikan tidak ada kesalahan saya dalam kasus ini sudah ada. Terus terang, kemarin penyidik bahkan bertanya kepada saya soal materi L/C ini. Lha saya jawab, kok malah tanya, kan Anda pemeriksanya.

Gini-gini, saya ini alumnus STAN, tahu tentang akuntansi. Jadi, saya sangat paham tentang sistem L/C dan utang saya itu tidak fiktif. Produknya ada, pembayarannya jalan. (rdl/c5/iro)
Sumber: Jawa Pos, 29 April 2010

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan