Menghadang Politikus Busuk
Politikus kembali membuat skandal. Belum tuntas satu kasus diproses hingga vonis hukum, muncul lagi kasus yang baru, seakan tak ada habisnya. Potret buram keliaran politikus terkait dengan korupsi sudah memasuki tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya karena pengkhianatan kepercayaan publik, tapi sudah menjadi tumor ganas yang menggerogoti anggaran negara dan berpotensi menciptakan kegagalan demokrasi. Elite politik harus mulai menyadari situasi ini. Genting bagi partai politik untuk segera membenahi rekrutmen, menjalankan program antikorupsi, dan menindak kebusukan politikusnya.
Politikus kembali membuat skandal. Belum tuntas satu kasus diproses hingga vonis hukum, muncul lagi kasus yang baru, seakan tak ada habisnya. Potret buram keliaran politikus terkait dengan korupsi sudah memasuki tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Tidak hanya karena pengkhianatan kepercayaan publik, tapi sudah menjadi tumor ganas yang menggerogoti anggaran negara dan berpotensi menciptakan kegagalan demokrasi. Elite politik harus mulai menyadari situasi ini. Genting bagi partai politik untuk segera membenahi rekrutmen, menjalankan program antikorupsi, dan menindak kebusukan politikusnya.
Skandal politikus
Periode 2004 hingga 2008 dan menjelang Pemilu 2009, skandal politikus dapat dikatakan mendominasi media. Tidak kurang dari dua orang menteri telah dicopot dari kabinet Yudhoyono-Kalla karena indikasi terlibat kasus korupsi. Ditambah belasan kepala daerah dan ratusan anggota dewan perwakilan rakyat daerah telah menjadi tersangka, terdakwa, bahkan terpidana korupsi. Fenomena ini masih juga diwarnai beberapa megaskandal yang menelanjangi wajah perpolitikan kita.
Contohnya kasus dana pemondokan haji yang melengserkan seorang anggota DPR RI, dan Dana Abadi Umat yang memidanakan mantan Menteri Agama. Tak lupa pula kasus dana Departemen Kelautan dan Perikanan yang membuka mata publik akan fakta bagi-bagi dana taktis departemen ke sejumlah politikus, elite partai politik, tokoh ormas, bahkan tim sukses pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Dilihat dari segi modus, deretan kasus yang muncul menunjukkan tingginya faktor penarik dibandingkan faktor pendorong. Penyelewengan kekuasaan banyak disebabkan oleh sebentuk