Menggambar "Sepertinya" Gurita Cikeas
Jangan dulu kesal lantaran tidak mendapat buku hasil kompilasi dan penelitian Goerge Junus Aditjondro berjudul Membongkar Gurita Cikeas di toko-toko buku. Buku tersebut memang belum resmi diedarkan di toko-toko buku.
Galangpress, Yogyakarta, penerbit buku tersebut, merencanakan meluncurkan buku setebal 183 halaman itu awal Januari di Jakarta. Apa yang dilakukan di markas Galangpress di Jalan Mawar Tengah, Baciro, adalah perkenalan terbatas untuk komunitas Yogyakarta. ”Sebelum menasional, kita main di Yogyakarta dulu,” ujar Direktur Galangpress Julius Felicianus, Rabu lalu.
Meskipun perkenalan buku itu disambut antusias puluhan orang, Julius mengaku cukup khawatir menerbitkan buku tersebut karena menyinggung penguasa. Namun, kekhawatiran itu ditaklukkan juga. Buku akhirnya terbit. Diobrak-abriknya gudang Galangpress di Semarang sebelumnya tidak membuatnya ciut.
Pernyataan Komisioner Subkomisi Pendidikan dan Penyuluhan Komisi Nasional dan Hak Asasi Manusia Yoseph Adi Prasetyo menambah keberanian Galangpress. ”Lawan buku dengan buku. Jangan dengan pembredelan,” ujar Prasetyo yang akan memantau reaksi seusai perkenalan buku Membongkar Gurita Cikeas.
Aditjondro, yang populer di antara aktivis 1998 karena pernyataan dan penelitiannya, mengaku ingin mencegah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membusuk seperti pemerintahan Presiden Soeharto. ”Guna mencegah kembalinya tradisi buruk yang dirintis mendiang Jenderal Soeharto, SBY perlu bersikap lebih tegas terhadap kerabat dan sahabatnya agar tidak mengambil jalan pintas mengembangkan bisnis dengan mencari order dari bankir-bankir pemerintah serta birokrat-birokrat papan atas,” tulis Aditjondro dalam kesimpulannya.
Aditjondro menyebut empat yayasan yang mengingatkannya pada tradisi Soeharto, yaitu Yayasan Puri Cikeas, Yayasan Kesetiakawanan dan Kepedulian, Yayasan Majelis Dzikir SBY Narussalam, dan Yayasan Mutu Manikam Nusantara.
Untuk menggambarkan bagaimana gurita itu berwujud, Aditjondro membuat silsilah dinasti Sarwo Edhie Wibowo sampai generasi Almira Tunggadewi Yudhoyono, cucu Yudhoyono, berikut usaha dan bisnisnya.
Terhadap gambaran ini, Yudhoyono di Cikeas prihatin seperti disampaikan juru bicaranya. Yudhoyono menilai, fakta dalam buku itu sepertinya tidak akurat.
Buku Membongkar Gurita Cikeas kini dicari. Buku bantahan tentang fakta sesungguhnya, yang menilai fakta di baliknya sepertinya tidak akurat, pasti akan sama dicari. Menerbitkan cerita tentang gurita bukan pengalaman pertama SBY dan timnya. Di situs sbypresidenku telah lama diterbitkan ”Gurita Bisnis Kalla Bersaudara”.
Mari kita tunggu buku bantahan berisi fakta, yang sepertinya akurat, bersamaan dengan buku yang dikatakan sepertinya tidak akurat itu.(Wisnu Nugroho)
Sumber: Kompas,29 Desember 2009