Majelis Etik IDI Periksa Rekam Medik Nunun
Majelis Kehormatan Etik Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tengah meneliti rekam medik Nunun Nurbaetie, yang diduga tokoh kunci pembagian cek pelawat ke sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S. Goeltom.
Rekam medik itu dibuat oleh dokter spesialis saraf Dr Andreas Harry, Sp S(K), yang menyimpulkan bahwa istri mantan Wakil Kepala Kepolisian RI Adang Daradjatun itu menderita amnesia yang mengarah pada demensia tipe alzheimer. "Menurut Sekretaris Ketua Majelis, tadi berkas sudah diterima, sekarang masih dipelajari," kata Ketua Pengurus Harian Ikatan Dokter Indonesia Prijo Sidipratomo ketika dihubungi Tempo di Jakarta kemarin.
Prijo menuturkan, Majelis Etik akan meneliti apakah pemeriksaan oleh Andreas sesuai dengan standar kedokteran. IDI menerima permohonan penelitian dari Andreas. Dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara, itu meminta hasil kerjanya diteliti karena belakangan muncul keraguan di publik. Empat hari lalu, IDI menyerahkan berkas kepada Majelis Etik.
Nunun beberapa kali tak menghadiri panggilan sebagai saksi dalam sidang perkara cek pelawat di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Sebelumnya, dalam pemeriksaan di Komisi Pemberantasan Korupsi, Nunun berkali-kali mengaku lupa mengenai beberapa fakta.
Andreas, yang juga dokter pribadi Nunun, menyatakan Nunun empat kali diperiksa, yakni pada 3 November 2009, 15 Februari 2010, 2-15 Maret 2010, dan 1 April 2010. Dua pemeriksaan terakhir dilakukan di Mount Elizabeth Medical Centre, Singapura. Ia menjelaskan, penderita amnesia bisa melakukan aktivitas pribadi walau mengalami gangguan memori berat. Tapi, "Kalau demensia tidak bisa," ucapnya kepada Tempo, 6 April lalu.
Andreas juga tak rela kredibilitasnya diragukan berbagai pihak, termasuk dokter. Maka ia tak khawatir jika dipanelkan dengan dokter pembanding. "Saya bekerja di bawah sumpah dokter, jadi tidak asal diagnosis," ujarnya dengan nada tinggi tadi malam. Ia sudah memberikan penjelasan kepada Pengurus Besar IDI pada 10 April lalu selama sekitar 2,5 jam. "Saya tidak takut, karena saya merasa benar." Dianing Sari | Heru Triyono | Jobpie S
Sumber: Koran Tempo, 27 April 2010