Kunjungan SMA Kanisius; Siswa Pionir Pemberantasan Korupsi
Proses belajar mengajar tidak melulu harus di ruang kelas. Rabu 13 Desember 2012, sebanyak 48 murid SMA Kanisius Jakarta menjadikan kantor Indonesia Corruption Watch sebagai tempat belajar. Mereka mendalami pelajaran kewarganegaraan yang dikaitkan dengan upaya menanamkan nilai-nilai antikorupsi.
Tiga orang perwakilan dari ICW, Ade Irawan, Abdullah Dahlan dan Donal Fariz didaulat untuk menjadi guru. Dua guru pendamping murid-murid meminta agar mereka diberi gambaran mengenai korupsi, peran pendidikan dalam pemberantasan korupsi, dan pengalamn ICW dalam memerangi korupsi.
Proses belajar mengajar mengenai antikorupsi berlangsung dengan interaktif. Murid-murid tidak hanya mendengar penjelasan dari ICW, tapi juga ditanya mengenai definisi dan pengalaman mereka melakukan korupsi. “Kalau saya menilap uang SPP dari orang tua, apakah itu juga korupsi Pak,” tanya salah seorang murid.
Menurut staf divisi monitoring hukum dan peradilan ICW, Donal Fariz korupsi yang terjadi di Indonesia sudah masuk stadium gawat darurat. Praktek korupsi tidak hanya terjadi antara pegawai negara dengan rakyat, tapi juga antar pengawai negara. “Korupsi telah menjadi roda penggerak pemerintahan. Sesama pegawai negara harus saling suap agar kebijakan bisa berjalan,” Ujarnya.
Dalam acara tersebut, mantan koordinator ICW Teten Masduki yang tengah berkunjung diminta untuk turut memberi motivasi bagi murid-murid. Teten menekankan pentingnya bersikap adil dan jujur. Menurutnya murid-murid bisa menjadi pioner dalam pemberantasan korupsi. Acara kunjungan murid SMA Kanisisu ditutup dengan pemberian kenangan-kenangan dan photo bersama.