Ketika Hukum Lemah, Saatnya Perlawanan Agama dan Budaya
Dari Pentas Doa untuk Koruptor
Korupsi kian tak terkendali di negeri ini.Banalitas korupsi seolah menemukan tempat ternyamannya di bumi pertiwi.Aneka hujatan, sumpah serapah,dan hukum pidana nyatanya tak cukup menghentikan aksi para pelaku korupsi.Maka muncullah gagasan untuk mengirimkan doa saja bagi para koruptor sebagai alternatif pemberantasan korupsi.
Inilah senjata terakhir insan beragama dalam menghadapi perilaku korup penguasa dan birokrasi. Budayawan Sujiwo Tedjo mengatakan,perlawanan terhadap korupsi bisa dilakukan lewat berbagai jalur.Jalur kesenian dan keagamaan yang dilakukan dalam acara “Doa untuk Koruptor”di halaman Gedung Radio Republik Indonesia (RRI) Pusat di Jalan Medan Merdeka Barat,Jakarta,Senin lalu (15/8),juga layak menjadi arena perlawanan terhadap korupsi.
“Ketika kepercayaan masyarakat kepada lembagalembaga negara,lembaga politik,dan lembaga penegak hukum semakin merosot, saatnya kita gencarkan perlawanan budaya terhadap korupsi!” ujarnya. Ya,siapa saja boleh didoakan,termasuk para koruptor.Pun bagi puluhan anak yatim piatu yang hari itu berkumpul di halaman Gedung RRI Pusat.
Para koruptor tetap layak didoakan meski merampok uang negara dan menyebabkan rakyat banyak,termasuk anak yatim, sengsara karena hak-haknya untuk menikmati kehidupan lebih baik dirampas.
Anak-anak itu bersama hadirin dan sejumlah budayawan tampak begitu takzim mengikuti rangkaian acara yang terdiri atas muhasabah dan doa,pentas musik etnik,puisi, menyanyikan bersama lagu Indonesia Raya,dan orasi budaya dengan semangat antikorupsi. Diputar juga film dokumenter bertema “Korupsi,Koruptor,dan Kemiskinan”.
Substansinya tetap berupa sindiran dan kritik terhadap praktik korupsi.Parade puisi dan doa dibawakan antara lain oleh Sujiwo Tedjo,Fatin Hamama, Radhar Panca Dahana,Ketua Dewan Pembina Dompet Dhuafa Parni Hadi,dan vokalis band Hijau Daun, Dide.Hadir pula Direktur Utama RRI Rosarita Niken Widiastuti.
“Kami berdoa agar Allah membuka mata hati saudarasaudara kita yang khilaf, mengembalikan para koruptor ke jalan yang lurus dan bertobat,”tutur M Arifin Purwakananta,Direktur Komunikasi dan Sumber Daya Dompet Dhuafa, penyelenggara kegiatan.
Selain mendoakan agar para koruptor insyaf,anakanak dan para hadirin juga berdoa agar para buron koruptor yang masih berkeliaran segera ditangkap,bagi yang sudah meninggal diampuni dosanya,uang negara yang digelapkan kembali,dan keluarga para koruptor bisa memulai hidup baru yang penuh kebaikan.
Konon doa yang dipanjatkan anak yatim piatu akan dikabulkan Tuhan. Nabi Muhammad SAW sangat mencintai anak yatim sehingga menempatkan doa mereka pada tempat khusus yang langsung didengar oleh Allah.
Menurut Arifin,anak-anak yatim juga korban langsung para koruptor.Jika yang menjadi korban pun ikut mendoakan,sungguh keterlaluan bila para koruptor yang sangat keji dan biadab itu tidak segera menghentikan ulahnya menilep uang rakyat. Dide,vokalis Hijau Daun, mengaku geram karena aksi para koruptor kian canggih,di sisi lain penegakan hukum semakin lemah.
“Kami para musisi juga sangat dirugikan dengan ulah para pembajak lagu.Mereka pun koruptor. Ada hak kami yang mereka rampas.Tapi tidak pernah ada upaya konkret untuk membasmi para pembajak karya kami,”tegasnya. MN LATIEF
Sumber: Koran Sindo, 18 Agustus 2011