Kasus Suap, Pegawai KPBC Juanda Dipecat

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Depkeu kembali menjatuhkan sanksi kepada pegawainya yang terindikasi terlibat praktik suap. Tim Kepatuhan Internal DJBC telah memeriksa dua pegawai di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) Juanda. Salah seorang di antara mereka diusulkan untuk diberhentikan dengan tidak hormat.

Sanksi dijatuhkan setelah dilakukan inspeksi mendadak (sidak) di KPBC Juanda. Sidak dilakukan sekitar dua pekan setelah penggerebekan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Kantor Pelayanan Umum (KPU) Tanjung Priok akhir Mei lalu. Bedanya, di Juanda tim kepatuhan internal tidak melibatkan KPK dalam sidak tersebut.

''Kami lakukan di internal saja, sidak dilakukan. Dulu, kalau kami geledah, marah. Sekarang sudah jadi model, sudah tidak marah lagi,'' kata Dirjen Bea dan Cukai Depkeu Anwar Suprijadi di Kantor Depkeu, Jakarta, kemarin (12/8).

Anwar mengatakan, dalam sidak tersebut, memang tidak terlalu banyak menemukan amplop. Namun, secara nominal, jumlahnya lumayan banyak. ''Amplopnya sedikit, tapi ini besar, Rp 129 juta,'' kata Anwar.

Mantan Dirut PT Kereta Api itu menambahkan, secara umum, pada 2008 ini sudah ada delapan pegawai yang diberhentikan dengan tidak hormat. Rata-rata mereka dianggap melanggar kode etik.

Anwar menceritakan, di Batam kini juga ada investigasi, masih seputar kasus suap. ''Di Batam, kami sedang memeriksa sekitar 24 kontainer. Nilainya tinggi, sedang dihitung. Itu impor dari Singapura lewat Batam. Mau menjebol antarpulau,'' kata Anwar.

Di sisi importer, kata Anwar, saat ini tingkat kepatuhannya makin tinggi. Itu ditandai dengan meningkatnya importer berisiko rendah dan menyusutnya yang berisiko tinggi. ''Yang di jalur prioritas tadinya 92 importer, sekarang sudah 108. Mitra utamanya naik. Namun, kami mengharapkan makin patuh dan makin baik,'' katanya.

Jumlah importer juga makin susut, ini karena pengimpor yang hit and run, atau perusahaan yang sekali menyelundup langsung bubar sudah mulai berkurang. Menurut Anwar, dulu ada sekitar 15 ribu importer. Namun, saat ini jumlah mereka turun menjadi 14 ribuan. ''Yang hilang itu kan yang hit and run,'' kata Anwar. (sof/iro)

Sumber: Jawa Pos, 13 Agustus 2008 

BAGIKAN

Sahabat ICW_Pendidikan