Dugaan Korupsi; Menelusuri Asal-usul Uang Gayus
Perkara yang menyeret Gayus HP Tambunan masih menyisakan misteri. Pegawai penelaah keberatan di Direktorat Keberatan dan Banding di Direktorat Jenderal Pajak itu diduga menyuap sejumlah aparat hukum dengan nilai suap hingga miliaran rupiah. Publik tentu bertanya-tanya, dari mana uang sebanyak itu?
Polisi telah menyeret sedikitnya sembilan tersangka yang diduga terguyur isi rekening Gayus dan atau membantunya lolos dari pidana korupsi dan pencucian uang tahun 2009. Namun, sejauh ini, polisi belum menetapkan satu tersangka pun yang diduga ”mengalirkan” miliaran rupiah itu kepada Gayus. Terkait hal itu, polisi baru memeriksa empat perusahaan berinisial PT SAT, PT DAS, PT EC, dan PT ID.
Padahal, nyanyian Gayus dalam pemeriksaan oleh penyidik Tim Independen Mabes Polri sudah cukup ”merdu”. Dengan terbuka, Gayus membeberkan asal muasal miliaran rupiah uangnya tersebut.
Gayus sejak awal menyerahkan diri sudah berkomitmen untuk buka-bukaan. Pia AR Akbar-Nasution, salah satu dari tim pengacara Gayus dari firma hukum Adnan Buyung Nasution, membenarkan, Gayus memang berkomitmen membuka semua yang benar-benar diketahuinya. ”Itu komitmennya juga dengan kami,” kata Pia.
Mengingat ke belakang, Gayus pada April 2009 disidik penyidik di Direktorat II Badan Reserse Kriminal Mabes Polri dalam kasus pencucian uang, korupsi, dan penggelapan. Polisi memblokir 10 rekening Gayus di Bank Panin (Rp 24 miliar) dan 11 rekening di Bank BCA (Rp 4 miliar) setelah menerima laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan soal rekeningnya yang mencurigakan. Bagaimana tidak, Gayus hanya bergaji Rp 8 juta per bulan. Jumlah total Rp 28 miliar itu belum termasuk uangnya yang disimpan di safety box di Bank Mandiri di Plaza Mandiri, yang dibuka 2008.
Sumber dana
Pengakuan Gayus, sejak 2007-2009, ia menangani proses banding 44 perusahaan atau wajib pajak (WP). Selain itu, ada 104 perusahaan atau WP yang tidak ditangani proses bandingnya, tetapi namanya tercantum dalam surat tugas. Santer beredar kabar, beberapa perusahaan itu dari Bakrie Group. Soal ini, Pia tidak membantah. ”Di antara perusahaan itu (yang ditangani Gayus), ada perusahaan Bakrie. Itu saja yang bisa saya jawab,” kata Pia.
Meskipun enggan menjelaskan lebih jauh, Pia memastikan arah penyidikan polisi saat ini juga menelusuri asal-usul uang di rekening Gayus.
Kepala Bareskrim Komisaris Jenderal Ito Sumardi, seusai rapat antara Kapolri dan Tim Pengawas Kasus Century di DPR, Rabu (2/6), tak membantah ada pengakuan Gayus soal sumber uangnya, yang di antaranya berasal dari perusahaan di bawah Bakrie Group. ”Kami masih membutuhkan bukti-bukti material, tidak bisa hanya kesaksian, lho,” kata Ito.
Kepada penyidik, Gayus mengaku, tahun 2008 pernah menerima 500.000 dollar AS dari Kaltim Prima Coal (KPC) sebagai jasa mengeluarkan surat ketetapan pajak (SKP) untuk tahun pajak 2001-2004, yang tertahan di Kantor Pelayanan Pajak Large Tax Office di Gambir. Tertahannya SKP itu, menurut Gayus, karena masalah penetapan kurs mata uang. Selain itu, Gayus juga mengaku menerima 500.000 dollar AS dari PT Bumi Resources untuk berkoordinasi dengan panitera pengadilan pajak majelis 10 untuk memenangi proses banding perusahaan itu. Gayus juga mengaku pernah menerima 2 juta dollar AS dari KPC dan PT Arutmin untuk meneliti laporan keuangan dan pembukuan dalam rangka pembetulan surat pemberitahuan pajak terutang Pajak Penghasilan kedua perusahaan itu dalam rangka sunset policy.
Gayus mendapat proyek itu melalui Alif Kuncoro, yang sudah dikenalnya.
Juru bicara Bumi Resources Dileep Srivastava menegaskan, segala tuduhan terkait pajak itu tidak benar. ”Ini adalah perusahaan yang dikenal reputasinya dalam dan internasional. Tidak ada cara-cara seperti yang dituduhkan itu,” tandasnya.
Bantahan serupa juga ditegaskan Aburizal Bakrie seusai menghadiri acara Obrolan Langsat di Kramat Pela, Jakarta Selatan. ”Saya yakin (kesaksian Gayus) itu tidak benar. Tidak mungkin. Saya percaya apa yang dilakukan—saya enggak di bisnis lagi—oleh anak-anak di dalam perusahaan tidak seperti itu. Tidak benar,” ujarnya. [Oleh SARIE FEBRIANE]
Sumber: Kompas, 3 Juni 2010