Abraham Samad Lolos ke DPR
Tokoh antikorupsi Sulawesi Selatan, Abraham Samad, masuk delapan besar calon Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang akan diserahkan ke Presiden hari ini. Senin lalu, panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan wawancara terhadap 10 calon.
Abraham lolos bersama Abdullah Hehamahua, Adnan Pandu Praja, Bambang Widjojanto, Yunus Husein, Handoyo Sudradjat, Zulkarnain, dan Aryanto Sutadi. Dua nama lainnya, Eggi Sutjiati dan Sayyid Fadhil, dinyatakan tak lolos tahap seleksi wawancara. "Ya, benar," kata sekretaris panitia seleksi, Ahmad Ubbe, di Jakarta kemarin.
Delapan calon ini nantinya dibawa ke Dewan Perwakilan Rakyat, yang akan memilih empat komisioner.
Abraham Samad, ketika dihubungi, mengaku tak ingin sesumbar dalam prosesi penjaringan yang dilakukan panitia seleksi sekarang ini. "Saya tetap mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian-ujian selanjutnya. Pokoknya saya hanya mengalir seperti air saja," katanya.
Ketua Anti-Corruption Committee Sulawesi Selatan ini mengatakan tak ingin menyombongkan diri dan merasa percaya diri untuk dapat lolos. Namun Abraham tetap menyatakan optimismenya untuk lolos ke Kuningan, kawasan kantor pusat KPK di Jakarta Selatan.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Makassar, ini mengatakan tidak terlalu punya persiapan yang matang. "Nanti menjelang ujian lanjutan, baru kembali persiapkan diri," ujar Abraham.
Dia dinilai aktif dalam gerakan antikorupsi di Sulawesi Selatan. "Sejak dulu dia sangat concern dengan pemberantasan korupsi. Abraham adalah satu dari sejumlah aktivis yang terus berteriak berantas korupsi," kata Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Profesor Aswanto.
Koordinator Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Sulawesi Selatan, Syamsuddin Alimsyah, mengatakan semula ada tiga nama yang dicalonkan Kopel, tapi Abraham akhirnya yang dipilih. "Kami yang terdiri atas berbagai lembaga swadaya sepakat mendorong Abraham untuk maju," ujarnya.
Abraham juga dikenal dekat dengan kelompok garis keras Islam Makassar, Laskar Jundullah, dan pimpinan Jamaah Ansyorut Tauhid, Abu Bakar Ba'asyir. Saat pendiri Pondok Pesantren Al-Mu'min di Ngruki, Solo, itu tiba di Makassar pada Juli 2009, Abraham yang mendampinginya. Ia juga terlibat dalam tim hukum Komite Perjuangan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) Sulawesi Selatan.
Abraham mengaku harus menjelaskan ke publik menyangkut aktivitasnya itu. Menurut dia, afiliasi ke sejumlah kelompok Islam itu karena dirinya sejak jadi mahasiswa sudah akrab dengan aktivis Islam.IRFAN ABDUL GANI | RUSMAN PARAQBUEQ | ABDUL RACHMAN
Sumber: Koran Tempo, 18 Agustus 2011