“Art Collaboration“ – Kampanye Antikorupsi Lewat Karya Seni
Sebanyak 24 panel karya seni dalam bentuk komik dipamerkan saat acara peringatan Hari Antikorupsi Sedunia yang digelar ICW pada awal Desember (9/12/2022) lalu, di KALA Dikalijaga, Jakarta Selatan. Karya – karya tersebut lahir dari proses kolaborasi ICW bersama tiga orang seniman perempuan dalam kampanye antikorupsi “Art Collaboration” edisi komik strip.
Tingginya angka korupsi tidak hanya menjadi perhatian serius para aktivis atau pegiat antikorupsi. Hal itu juga turut mengusik para seniman termasuk komikus yang punya keresahan sama terhadap masalah korupsi di berbagai sektor. Sehingga, sebagai upaya bersama, kerja antikorupsi sepatutnya melibatkan banyak pihak dengan berbagai pendekatan. Karena itu, seni jadi salah satu medium yang sangat berarti dalam kampanye gerakan antikorupsi.
Sejak September 2022, ICW bersama tiga orang komikus perempuan melakukan kolaborasi untuk menyusun rencana dan konten kampanye antikorupsi. Mereka adalah seniman perempuan muda yang punya kepedulian terhadap isu sosial termasuk korupsi di Indonesia. Ketiga orang tersebut yakni, Adelia Maghfira (akun Instagram @maghfirare), Nadiyah Suyatna (akun Instagram @nadiyahsuyatna), dan Bivi Q (akun Instagram @alivegurl). Dalam praktik kolaboratif, ketiganya mengambil latar belakang isu antikorupsi yang berbeda-beda. Mulai dari isu sosial, konflik lahan adat, dan konflik kepentingan pejabat daerah yang terjadi di wilayah Sulawesi.
Melihat dan Mendengar Langsung dari Warga
Proses kolaborasi ICW dan seniman juga melibatkan jaringan di daerah, antara lain ada LBH Makasar, YASMIB, dan SPAK. Ketiga organisasi tersebut bertindak sebagai narasumber yang menyampaikan catatan antikorupsi sekaligus pendamping para seniman ketika turun ke lapangan. Karena, selain diskusi dan pendalam isu antikorupsi bersama ICW, para seniman juga diajak langsung melakukan observasi lapangan untuk mendalami isu selama kurun waktu sepekan. Mereka terbagi ke tiga daerah berbeda berdasarkan fokus isu yang ingin didalami dan diangkat menjadi cerita komik.
Salah satu seniman, Nadiyah Suyatna yang mengangkat topik konflik kepentingan pejabat publik menceritakan pengalaman menariknya saat observasi. Nadiyah bersama tim dari ICW dan LBH Makassar menyeberangi sebuah pulau dari Kota Makasar. Ia berdiskusi dengan warga pulau tersebut untuk mendalami isu yang ingin dia angkat menjadi cerita dalam komiknya. Awalnya, ia mengira kasus yang terjadi hanya terkait penambangan pasir oleh pihak swasta yang diberi izin pemerintah setempat, karena memiliki hubungan kekerabatan dengan pemilik perusahaan tambang. Namun setelah mendengar cerita warga, Nadiyah menyadari bahwa tindakan koruptif juga berdampak langsung terhadap masyarakat.
Warga pulau yang mayoritas mata pencahariannya nelayan ikut merasakan langsung dampak praktik tambang. Mereka kesulitan bahkan tidak dapat menangkap ikan selama lebih dari setahun akibat penambangan pasir yang dinilai bermasalah. Karena selain persoalan izin, penambangan tersebut juga tidak memperhatikan kelestarian alam. Bahkan hingga kini, kondisi perairan di tempat nelayan menangkap ikan masih belum pulih seutuhnya. "Gak akan pulih dek, terumbu karang itu terciptanya ribuan tahun. Sekali hancur gak ada harapan lagi", tutur seorang nelayan.
Bersuara Melalui Seni
Hasil diskusi dan observasi para seniman kemudian diolah menjadi produk seni berupa komik strip dalam beberapa episode. Dengan asistensi ICW, seluruh karya seni tersebut selanjutnya dipamerkan dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Antikorupsi Sedunia tahun 2022. Selain itu, karya – karya seni tersebut juga dipublikasikan melalui media sosial Instagram ICW berkolaborasi dengan para seniman. Harapannya, seni sebagai bahasa universal yang dapat diterima semua kalangan ikut berperan dalam upaya membangun gerakan antikorupsi.***